Senin, 11 Juni 2012

Tradisi Omed-omedan

Sehari pasca-Nyepi, ada sebuah tradisi unik yang selalu digelar pemuda-pemudi Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar, yakni omed-omedan atau ciuman massal antara pemuda dan pemudi desa sebagai wujud kebahagiaan di hari ngembak geni. Peserta omed-omedan adalah sekaa teruna-teruni atau pemuda-pemudi mulai dari umur 17 tahun hingga 30 tahun atau yang sudah menginjak dewasa tetapi belum menikah.


Kata “Omed-omedan” dalam bahasa Indonesia artinya Tarik-Menarik. Tradisi unik telah diwariskan dari generasi ke generasi jauh sebelum jaman penjajahan Belanda. Sebagai salah satu warisan budaya Bali, yang kaya dengan nilai seni dan budaya serta sarat akan  nilai-nilai kebersamaan dan sakral maka Omed-omedan tetap dilestarikan oleh Krama  Sekaa Teruna Teruni (STT) atau komunitas remaja di Sesetan, Denpasar, Bali.

Prosesi omed-omedan dimulai dengan persembahyangan bersama antarpeserta omed-omedan di pura banjar untuk memohon keselamatan dan kelancaran selama berlangsungnya acara. Seusai sembahyang, peserta dibagi 2 kelompok, pria dan wanita. Sekitar 50 pemuda berhadapan dengan 50 pemudi. Setelah ada aba-aba dari para sesepuh desa, kedua kelompok saling bertemu satu sama lain dan peserta terdepan saling berciuman di depan ribuan penonton yang memadati sekitar lokasi omed-omedan.

Prosesi tersebut dilakukan secara bergantian dan setiap peserta pria ataupun wanita menunjuk salah seorang rekan mereka untuk beradu ciuman di barisan terdepan.

Acara ini biasanya diadakan di sepanjang Jalan Raya Sesetan, sehingga banyak yang datang untuk menyaksikan tradisi unik ini. Selain untuk ajang sosialisasi diantara peserta Omed-omedan, tradisi ini juga bertujuan sebagai tolak bala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar