Senin, 11 Juni 2012

Tradisi Megibung

Beragam tradisi unik warisan leluhur terpelihara baik di Bali atau populer disebut Pulau Dewata. Salah satunya adalah tradisi megibung atau makan bersama dalam satu wadah yang juga dikenal dengan sebutan bancakan.
Dalam tradisi ini semua peserta berbaur tanpa memandang status sosial ataupun kasta. 



Megibung adalah tradisi kuno warisan Kerajaan Karangasem, Bali. Tradisi yang diciptakan meningkatkan rasa kebersamaan warga ini awalnya muncul saat Kerajaan Karangasem mengadakan ekspansi ke Kerajaan Lombok di bawah pimpinan I Gusti Anglurah Ketut Karangasem.

Megibung dimulai dengan memasak aneka masakan tradisional secara bersama-sama mulai kanak-kanak hingga orangtua. Bahan yang diolah antara lain berbagai jenis daging dan ikan serta aneka macam sayuran.

Semuanya diolah menjadi aneka macam lauk dan sayuran tradisional seperti ebatan atau lawar.
Sate juga menjadi makanan khas dalam tradisi megibung. Sate untuk megibung ini terdiri dari sembilan jenis yang melambangkan sembilan arah mata angin. Selain menyiapkan lauk dan sayur, warga juga menyediakan nasi putih yang akan dimakan bersama-sama.

Setelah selesai memasak, warga kemudian menyiapkan makanan itu untuk disantap. Nasi putih diletakkan dalam satu wadah yang disebut gibungan, sedangkan lauk dan sayur yang akan disantap disebut karangan atau selaan.

Saat megibung, warga dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing terdiri dari lima hingga delapan orang. Ada sejumlah aturan yang wajib diikuti peserta. Di antaranya, tidak boleh mengambil makanan yang ada di hadapan kawan, tidak boleh membuang sisa makanan ke wadah, dan menjaga sopan santun. Serta, wajib mencuci tangan dan mengakhiri acara makan megibung secara bersama-sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar