Selasa, 12 Juni 2012

Pura Batukaru

Tiba di pusat Kabupaten Tabanan, ikuti jalan aspal yang mulus ke arah Desa Penebel yang dikenal sebagai lumbung beras Bali. Anda akan segera mengetahui bahwa anda telah berada di desa ketika anda dapat melihat sawah yang luas di sekitar anda. Mengambil jalan yang berkelok-kelok ke Desa Wongaya Gede dan akan membawa anda ke Pura Luhur Batukaru pada ujung jalan.



Pura Luhur Batukaru adalah sebuah Pura yang terletak di kaki selatan Gunung Batukaru, dan dibangun pada abad ke-11 oleh Mpu Kuturan, seorang pendeta yang datang dari Pulau Jawa. Ada yang mengatakan bahwa Mpu Kuturan membangun Pura untuk memotivasi masyarakat agar menjaga keseimbangan jiwa, laut, hutan, danau, bumi, dan individu. Beberapa waktu mungkin tempat ini telah digunakan oleh orang-orang sebagai tempat meditasi untuk memperoleh kedamaian rohani dan untuk mencapai keseimbangan hidup.

Pura adalah bentuk bakti kepada Tuhan sebagai energi yang menciptakan makhluk hidup dan air, serta membuat mereka berfungsi dalam cara yang benar. Gagasan ini benar-benar sesuai dengan lingkungan disekitarnya. Pura ini dikelilingi oleh pepohonan, gunung tinggi berdiri di belakang, dan kicau burung-burung.
Di pintu masuk, sebelum memasuki kawasan utama, disebelah kanan terdapat danau dengan beji, sumber air, di tengah. Di dekat danau, terdapat air mancur yang diyakini bahwa air yang keluar dari tempat tersebut adalah suci dan digunakan untuk memurnikan tubuh dan jiwa kita sebelum berdoa di kepada Tuhan. 

Berjalanlah di jalan yang luar biasa di sepanjang jalan di sekitar danau. Mendengarkan suara alam, melihat burung-burung berenang di danau, menghirup udara segar dan merasakan ketenangan. Kompleks utama terdiri dari beberapa Pura kayu dengan atap berjenjang dan juga satu bale di mana pendeta biasanya memimpin upacara dari tempat ini. Kebun yang terawat dengan baik dan bunga-bunga mekar, memberikan warna di kompleks yang didominasi dengan warna coklat dari kayu dan bersahaja. Di bawah kompleks utama terdapat dua bale pada kedua sisi di mana wanita dari desa mempersiapkan persembahan sebelum ritual persembahyangan.

Dalam kitab Babad Buleleng yang ditulis pada tahun 1605, disebutkan bahwa Raja Buleleng, Ki Panji Sakti, dan tentaranya telah menghancurkan Pura untuk memperbesar kerajaannya. Sementara ketika pasukan Buleleng menghancurkan Pura ribuan lebah datang untuk menyerang mereka sehingga niat buruk mereka tidak dapat dilakukan. Pada tahun 1959 Pura ini direnovasi dan dipertahankan oleh masyarakat sekitar dan pemerintah hingga kini.

Pura Batukaru adalah surga bagi jiwa, tidak hanya bagi masyarakat Bali tetapi juga bagi semua orang. Pemandangan yang luar biasa di sepanjang jalan dari desa Penebel dan hutan yang mistis di mana Pura ini terletak memberikan pengalaman penuh perasaan kepada siapa saja yang mengunjungi tempat kuno ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar