Di masa lalu, dokar itu transportasi tradisional yang sangat populer di
kalangan masyarakat baik siswa, guru, dosen, bahkan orang kaya dan para
bangsawan suka naik kendaraan ini. Itu karena tidak ada transportasi
mekanik saat itu. Para
kusir dokar harus memiliki kemampuan khusus karena tidak semua orang dapat
mengontrol kuda berjalan sehingga kuda bersedia mengikuti instruksi dan pergi
kemanapun kusir yang diinginkan.
Saat ini, dokar adalah sarana langka transportasi serta warisan budaya yang
terancam punah. Untuk menjaga kelestariannya agar tidak punah, ada
kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah setempat agar pengoprasian dokar itu
dapat dilakukan. Seperti kita lihat di daerah Legian dan Kuta.
Selain jalan kaki, cara terbaik menikmati indah dan gemerlapnya suasana di
Legian dan Kuta, ada cara lain yang cukup asyik. Yaitu naik dokar atau delman.
Jalan pakai kendaraan sudah sangat lumrah dan terlalu biasa. Naik Dokar ini
bisa memberi kesan menarik. Jalannya yang lambat memungkinkan kita leluasa
menikmati keindahan suasana malam di sini. Wisatawan asing pun bisa menjadi
tontonan menarik juga bagi kita-kita.
Suasana Legian yang lengkap dengan berbagai toko-toko yang menjual berbagai
busana, kerajinan atau pernak-pernik dan juga suasana dentuman musik di depan
bar-bar bisa menambah daya tarik.
Di Legian, kita bisa melihat Ground Zero yang biasanya selalu dipadati
pengunjung.
Rute yang dilalui biasanya di sepanjang jalan pantai Kuta, Jalan Melasti
hingga Legian. Kita bisa juga mencoba menuju jalan Kartika Plaza yang terkenal
akan hotel-hotelnya di pinggir pantai.
Oh ya, dokar-dokar ini biasanya mangkal di seputaran jalan Pantai Kuta atau
ada juga yang keliling mencari penumpang di sepanjang rute-rute biasa itu.
Tertarik? atau punya pengalaman sendiri naik dokar di Bali?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar