Setelah itu mereka yang akan potong
gigi dirias dengan pakaian adat kebesaran. Namanya payas agung matatah. Untuk
pria terdiri dari bagian atasnya destar dengan motif prada keemasan, sedangkan
wanitanya gelung juga dengan bunga emas betulan.
Pakaiannya bagi peserta metatah pria
mengenakan baju putih terbuat dari kain sutra dengan torehan prada bermotif
aneka macam bunga dan satwa langka.
Destar bermotif prada maknanya,
adalah mereka yang potong gigi diharapkan bisa mengendalikan fikirannya
sehingga senantiasa bening dan bersih.
Pada saat yang tepat, biasanya
sebelum tengah hari, ketika pemimpin upacara potong gigi sudah mempersiapkan
banten dan perlengkapan lainnya, peserta potong gigi akan dituntun oleh orang
tuanya menuju bale adat. Ditempat itu seluruh sanak keluarga tetangga handai
taulan dan kerabat sudah menanti dengan perasaan terharu.
Hari itu mereka akan menjadi saksi
akan berakhirnya masa kanak-kanak bagi salah satu keluarga mereka. Potong gigi
sendiri maknanya adalah menghilangkan segala macam keburukan dalam diri
manusia.
Setelah melakukan sembah sebanyak 3
kali, mereka yang akan potong gigi memulai ritual sakral itu. Direbahkan diatas
kasur masih lengkap dengan pakaian adat kebesaran. Yang pertama dilakukan
adalah, menggigit tebu untuk mengganjal rahang sehingga tidak tertutup selama
proses pengikiran gigi. Yang pertama dilakukan adalah secara simbolis memahat
dengan pahat kecil 6 gigi bagian atas, 2 taring, dua gigi depan dan dua gigi
sebelahnya. Ini simbolis bahwa 6 musuh dalam diri akan segera disingkirkan. Dia
terdiri dari keinginan untuk main judi, mencuri, main perempuan, minum, mabuk
dan madat.
Kemudian dengan penuh konsentrasi
sangging atau ahli potong gigi secara adat akan melakukan tugasnya. Gigi taring
dan 4 gigi bagian atas akan dikikir secara pelahan untuk membuatnya rata. Ini
berlangsung beberapa menit saja, kemudian mereka yang potong gigi akan diberi
cermin untuk melihat apakah giginya sudah rata, taringnya sudah tidak lancip
lagi. Ketika itulah keluarga yang berada di sekitar bale adat akan memberi
komentar apakah giginya sudah bagus atau belum.
Selanjutnya dilakukan kumur suci,
dengan menggunakan tirta yang dibuat dengan doa tertentu. Dilanjutkan dengan
membung air kumuran itu ke dalam kelapa gading yang sudah dikasturi. Karturi
maksudnya dilubangi dengan pisau tajam yang sudah disucikan dengan simetres
berbentuk segi enam. Kelapa gading itu kemudian dikumpulkan dan dengan upacara
tertentu di buang ke sungai yang mengalir ke laut. Maknanya semua keburukan
yang ada pada diri manusia sudah dimusnahkan.
Selanjutnya peserta potong gigi
diberikan sirih yang sudah diberikan mantra suci, mereka harus menggigitnya
sebanyak 3 kali, maknanya setelah potong gigi mereka memulai sesuatu dengan
pandangan baru yang lebih pragmatis, tidak lagi membawa masa kanak-kanak yang melenakan
dan kadang menjengkelkan.
Barulah kemudian mereka boleh turun
kehalaman, tapi sebelumnya menginjak dulu banten pengelukatan sebanyak tiga
kali. Artinya setelah semua keburukan tuntas dimusnahkan maka mereka yang
mengikuti upacar potong gigi bisa mulai melangkah ke jenjang yang lebih tinggi
dalam kehidupan selanjutnya.
Ada 4 tingkatan dalam hidup orang
Bali, 25 tahun pertama disebut brahmacari, kesempatan mereka untuk menggali
ilmu setinggi mungkin. 25 tahun kedua disebut grahasta, ketika mereka mulai
membangun rumah tangga dan mengumpulkan kekayaan, 25 tahun ketiga adalah
bhiksuka saat mereka sudah bisa diminta pendapatnya untuk kepentingan
masyarakat banyak dengan menjadi pemimpin. Sedangkan 25 tahun terakhir adalah
wanaprasta, saat manusia meninggalkan semua gemerlap dunia memasuki alam
nirwana menjelang menghadap sang pencipta.
Potong gigi adalah melepas masa
brahmacari menuju ke masa grahasta. Mereka yang belum potong gigi tidak
disarankan melakukan upacara perkawinan lebih dulu. Karena ketika mengikuti
upacara perkawinan pasti akan diawali dengan upacara potong gigi lebih dulu.
Begitulah Bali, ada banyak rangkaian
upacara yang sarat makna, yang intinya adalah bagaimana hubungan antara manusia
dengan alam manusia dengan sesama dan manusia dengan tuhannya dijaga secara
harmonis, serasi seimbang dan selaras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar