Upacara Ngekeb
Acara ini bertujuan untuk
mempersiapkan calon pengantin wanita dari kehidupan remaja menjadi seorang
istri dan ibu rumah tangga memohon doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa agar
bersedia menurunkan kebahagiaan kepada pasangan ini serta nantinya mereka
diberikan anugerah berupa keturunan yang baik.
Setelah itu pada sore harinya,
seluruh tubuh calon pengantin wanita diberi luluran yang terbuat dari daun
merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras yang telah dihaluskan. Dipekarangan
rumah juga disediakan wadah berisi air bunga untuk keperluan mandi calon
pengantin. Selain itu air merang pun tersedia untuk keramas.
Sesudah acara mandi dan keramas
selesai, pernikahan adat bali akan dilanjutkan dengan upacara di dalam
kamar pengantin. Sebelumnya dalam kamar itu telah disediakan sesajen. Setelah
masuk dalam kamar biasanya calon pengantin wanita tidak diperbolehkan lagi
keluar dari kamar sampai calon suaminya datang menjemput. Pada saat acara
penjemputan dilakukan, pengantin wanita seluruh tubuhnya mulai dari ujung kaki
sampai kepalanya akan ditutupi dengan selembar kain kuning tipis. Hal ini
sebagai perlambang bahwa pengantin wanita telah bersedia mengubur masa
lalunya sebagai remaja dan kini telah siap menjalani kehidupan baru bersama
pasangan hidupnya.
Mungkah Lawang ( Buka Pintu )
Seorang utusan Mungkah Lawang
bertugas mengetuk pintu kamar tempat pengantin wanita berada sebanyak tiga kali
sambil diiringi oleh seorang Malat yang menyanyikan tembang Bali.
Isi tembang tersebut adalah pesan yang mengatakan jika pengantin pria telah
datang menjemput pengantin wanita dan memohon agar segera dibukakan pintu.
Upacara Mesegehagung
Sesampainya kedua pengantin di
pekarangan rumah pengantin pria, keduanya turun dari tandu untuk bersiap
melakukan upacara Mesegehagung yang tak lain bermakna sebagai ungkapan
selamat datang kepada pengantin wanita. kemudian keduanya ditandu lagi menuju
kamar pengantin. Ibu dari pengantin pria akan memasuki kamar tersebut dan
mengatakan kepada pengantin wanita bahwa kain kuning yang menutupi tubuhnya
akan segera dibuka untuk ditukarkan dengan uang kepeng satakan yang
ditusuk dengan tali benang Bali dan biasanya berjumlah dua ratus kepeng
Madengen–dengen
Upacara ini bertujuan untuk
membersihkan diri atau mensucikan kedua pengantin dari energi negatif dalam
diri keduanya. Upacara dipimpin oleh seorang pemangku adat atau Balian
Mewidhi Widana
Dengan memakai baju kebesaran
pengantin, mereka melaksanakan upacara Mewidhi Widana yang dipimpin oleh
seorang Sulingguh atau Ida Peranda. Acara ini merupakan penyempurnaan pernikahan
adat bali untuk meningkatkan pembersihan diri pengantin yang telah
dilakukan pada acara – acara sebelumnya. Selanjutnya, keduanya menuju merajan
yaitu tempat pemujaan untuk berdoa mohon izin dan restu Yang Kuasa. Acara ini
dipimpin oleh seorang pemangku merajan
Mejauman Ngabe Tipat Bantal
Beberapa hari setelah pengantin
resmi menjadi pasangan suami istri, maka pada hari yang telah disepakati
kedua belah keluarga akan ikut mengantarkan kedua pengantin pulang ke rumah
orang tua pengantin wanita untuk melakukan upacara Mejamuan. Acara ini
dilakukan untuk memohon pamit kepada kedua orang tua serta sanak keluarga
pengantin wanita, terutama kepada para leluhur, bahwa mulai saat itu pengantin
wanita telah sah menjadi bagian dalam keluarga besar suaminya. Untuk upacara
pamitan ini keluarga pengantin pria akan membawa sejumlah barang bawaan
yang berisi berbagai panganan kue khas Bali seperti kue bantal, apem, alem,
cerorot, kuskus, nagasari, kekupa, beras, gula, kopi, the, sirih pinang,
bermacam buah–buahan serta lauk pauk khas bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar