Beberapa menabuh gamelan yang
terdiri dari gong, kempur, kendang dan cengceng. Tak ada gamelan seperti untuk
pengiring tari legong karena barong ngelawang ini termasuk minimalis.
Barongnyapun hanya terdiri dari topeng yang rahangnya bisa digerakkan. Kemudian
ada bulu bulu dari sejenis pandan yang dikeringkan di lehernya. Sedangkan badan
sang barong ngelawang terbuat dari kain loreng mirip bulu macan.
Walau sederhana pengiring, tapi
penari yang terdiri dari penari tunggal bertopeng, dan juga penari barongnya
melakukannya dengan sangat serius.
Rata rata mereka menguasari tari
baris dan tari topeng sebelum terjun membawa barong itu ngelawang.
Setiap rumah yang dikunjungi barong
ngelawang menyiapkan sesajen berupa canang yang diberi sesari atau uang
diatasnya. Ada yang mengisinya dengan 5000 rupiah saja tapi ada juga yang
sampai 10.000 rupiah.
Untuk pentas di setiap rumah yang
mereka masuki setidaknya 3 tarian yang mereka persembahkan. Pertama sang penari
bertopeng akan bercanda dengan barong, kemudian barong beraksi dengan
menggerakkan mulutnya, kemudian mereka melakukan gerakan manis mengambil sesari
yang diberikan oleh tuan rumah.
Uang yang dikumpulkan selama
ngelawang bukan merupakan masalah penting, yang paling hakiki adalah, anak anak
itu bisa sejak dini mewarisi budaya tabuh dan tari yang ada di kampung nya.
Di tempat lain seperti di Ubud,
Payangan, Sibang yang merupakan pusat barong ngelawang di Bali tidak mau kalah
untuk melestarikan tradisi Ngelawang ini. Kelompok – kelompok ngelawang ini tak
hanya berkeliling keluar masuk rumah di kampung asalnya tapi juga ada yang ngelawang
sampai ke Kuta, Sanur dan Nusa Dua.
Di tempat wisata itu memang tidak
ada kelompok barong ngelawang, tapi penduduknya tentu merindukan kehadiran
kesenian yang bersahaja ini.
“Ngelawang ke tempat wisata semacam
itu tidak dilakukan setiap saat, bisa tiga tahun sekali, karena perjalanannya
jauh, harus menyewa kendaraan pengangkut pengiring dan penari,” tutur Wayan
Sadra, ketua barong ngelawang di Sibang Bali.
Mereka beranggapan penduduk yang
tidak ada barong ngelawangnya juga berhak menikmati suasana barong yang gemulai
keluar masuk rumah untuk mengusir wabah penyakit. Disetiap jalan yang mereka
lewati terutama di kawasan wisata, yang menyambut barong ngelawang bukan hanya
penduduk tapi juga bule yang berkunjung pada hari itu. Walaupun kerapkali menyaksikan
tarian barong keris di Batubulan, barong ngelawang di hari Kuningan memberikan
nuansa yang lain dari biasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar