Tetapi,
gangsing kelas gedongan ini hanya untuk menghibur anak-anak, ada sinar
berpendar-pendar yang sangat indah kalau gangsing diputar dalam kegelapan.
Gangsing hiburan kelas rakyat banyak dijual di sekitar Candi Prambanan dan
Candi Borobudur, terbuat dari bambu. Kalau gangsing diputar menimbulkan suara
merdu. Ini membuktikan bahwa gangsing sudah mendunia.
Namun,
gangsing di Buleleng dan Tabanan, betul-betul disebut "gangsing
aduan" bukan sekadar permainan yang hanya enak dilihat. Gangsing untuk
pertandingan ini dibuat dari kayu yang tahan banting, umumnya kayu jeruk atau
kayu lemo. Kalau kayu yang mudah retak, dipukul sekali saja bisa hancur. Dalam
pertandingan gangsing, taruhannya bukan cuma menang kalah dari sudut lamanya
berputar, tetapi juga dari hancur tidaknya gangsing lawan.
Gangsing
dari kayu pilihan saat ini pasarannya termurah Rp 50 ribu. Itu di kampung saya,
Pujungan. Di sini ada paling tidak lima orang perajin gangsing aduan dengan
peralatan yang sudah modern. Langganannya datang dari berbagai desa. Kenapa
harga gangsing mahal, karena bahan bakunya mahal. Kalau bahan bakunya dari kayu
kopi (biasanya dipakai oleh anak-anak) sebuah gangsing bisa diperoleh dengan
harga Rp 5 ribu.
Apa
yang menarik dari magangsingan ini? Seperti bermain golf, daya tariknya adalah
cara memukul. Jika main golf kita harus konsentrasi memukul bola agar bisa
mendekati hole (lubang) tujuan, bermain gangsing harus pintar mencari celah
memukul gangsing lawan. Pukulan yang bagus adalah gangsing lawan mati
putarannya, gangsing kita berputar kencang. Ini ada tekniknya, melihat dengan
cepat ke arah mana putaran gangsing lawan, dan seberapa banyak ikatan harus
diberikan pada gangsing kita. Kalau arah putaran gangsing lawan tidak kita
ketahui dan kita salah memukul, bisa-bisa gangsing lawan makin keras putarannya
dan gangsing kita tak mau berputar. Istilahnya, tidak dapat jigad.
Itu
baru dari sudut pukul-memukul. Yang sesungguhnya lebih penting adalah
sportivitas pemain. Ketaatan pemain pada aturan sangat diutamakan, meskipun
peraturan itu di setiap "musim gangsing" bisa berubah. Apalagi
peraturan di setiap desa. Karena itu sebelum dimulai pertandingan, dipilih
seorang wasit yang mengawasi aturan main. Konon, aturan main gangsing sekarang
ini mengacu kepada aturan di Johor, Malaysia, memakai sistem grup dan nilai
diperoleh dari sekian kali menang berturut-turut.
Bayangkanlah
kalau aturan tidak dihormati dan terjadi kericuhan. Gangsing itu di ujung yang
berputar ada besinya. Kalau sampai ada perkelahian dan gangsing dilemparkan ke
kepala orang, bisa mampus orang yang kena.
Menang
kalah dalam adu gangsing (magangsingan) bukanlah aib. Kelompok yang menang
(biasanya satu kelompok ada 6 orang), termasuk suporternya, bisa
berteriak-teriak gembira. Kelompok yang kalah, juga termasuk pendukungnya, bisa
mengejek dengan lelucon yang justru ditujukan ke kelompoknya sendiri. Permainan
ini biasanya tidak ada taruhan. Saya sebut biasanya, karena konon ada saja
orang bertaruh kecil-kecilan. Magangsingan ada unsur olah raganya, jadi jauh
beda dengan sabungan ayam.
Masalah
utama dari permainan rakyat ini adalah tidak pernah mendapat perhatian dari
pemerintah. Apalagi seperti di Malaysia, di mana adu gangsing menjadi salah
satu atraksi wisatawan dan banyak pejabat Malaysia suka magangsingan. Di Bali,
adu gangsing muncul murni dari masyarakat dan hidup matinya sangat tergantung
pada arena adu gangsing. Lapangan gangsing tidak boleh berumput, tidak boleh
berdebu, tetapi tidak boleh juga diperkeras dengan semen, misalnya. Lapangan
gangsing yang baik adalah tanah yang kental.
Karena
itu, di pedesaan lereng Gunung Batukaru, musim gangsing terjadi pada musim
kemarau, persis ketika datangnya panen kopi. Kopi dijemur dari pagi sampai
menjelang sore. Pada saat kopi ditimbun, bekas lahan menjemur kopi itu dipakai
bermain gangsing. Sekarang, buah kopi sudah berkurang, penjemuran kopi pun
tidak banyak. Di mana orang bermain gangsing?
Ada
penyebab lain lagi. Dulu rumah-rumah punya halaman bersama, tidak ada
sekat-sekat pekarangan. Halaman itu jadi luas, setidaknya memanjang. Tetapi
berkat "kemajuan zaman", rumah di pedesaan pun sekarang ditata dengan
sistem gang dan lorong, pekarangan disekat, sehingga tak ada lagi halaman
bersama. Untuk ke luar ke jalan besar harus melewati gang. Bayangkan kemudian,
betapa sulitnya mencari tempat untuk bermain gangsing. * Putu Setia
Minta info nama2 Pengrajin Gangsingnya Pak Putu... tiang ada minat untuk bikin....
BalasHapusKadung ada lakar niki :)
Minta info nama2 Pengrajin Gangsingnya Pak Putu... tiang ada minat untuk bikin....
BalasHapusKadung ada lakar niki :)
www.omegabola.com
BalasHapusNO HP: +855977588708
PIN BBM: 2C0FADC5
LINE: OMEGABOLA