Ngurek sendiri berasal dari kata “urek” yang memiliki arti
melobangi atau tusuk. Makanya tak heran implementasi ritualnya menurut kita
aneh yakni dengan menyakiti diri sendiri. Ngurek dilakukan dengan jalan
menusukkan keris ke bagian tubuh sendiri. Selain keris, Ngurek juga bisa
dilakukan dengan tombak atau alat sejenis lainnya dalam keadaan pelakunya
tengah kerasukan.
Anehnya orang yang tengah melakukan Ngurek seakan tak
merasakan kesakitan. Hal demikian, katanya, disebabkan oleh adanya “bantuan
gaib” dalam prosesnya kerasukan oleh roh lain selain hakikat jiwanya sendiri.
Ngurek seperti dengan Debus di Banten yang juga lebih mengandalkan pada
ketahanan dan kekebalan tubuh pelakunya. Namun biasanya pantangannya tak boleh ajum atau sombong.
Tradisi Ngurek tidak tahu kapan mulai dilakukan, konon ini
terjadi pada jaman kejayaan kerajaan. Saat itu sang raja ingin membuat
pesta yang tujuannya untuk menunjukkan rasa syukur kepada Sang Pencipta dan
sekaligus menyenangkan hati para prajuritnya. Setelah dilakukan sejumlah
upacara, kemudian memasuki tahap hiburan, mulai dari sabung ayam, hingga
tari-tarian yang menunjukkan kedigdayaan para prajurit, maka dari tradisi ini
munculah Tari Ngurek atau Tari Ngunying.
Tradisi Ngurek dilakukan di wilayah-wilayah yang termasuk
dalam desa
adat Bali. Jadi, bisa dikatakan sebagian besar masyarakat Bali percaya dan
melaksanakan tradisi Ngurek ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar